Senin, 11 Januari 2010

Suku Dayak

Asal Usul Suku Dayak..

Dayak merupakan sebutan bagi penduduk asli pulau Kalimantan. Pulau kalimantan terbagi berdasarkan wilayah Administratif yang mengatur wilayahnya masing-masing terdiri dari: Kalimantan Timur ibu kotanya Samarinda, Kalimantan Selatan dengan ibu kotanya Banjarmasin, Kalimantan Tengah ibu kotanya Palangka Raya, dan Kalimantan Barat ibu kotanya Pontianak.

Kelompok Suku Dayak, terbagi lagi dalam sub-sub suku yang kurang lebih jumlahnya 405 sub (menurut J. U. Lontaan, 1975). Masing-masing sub suku Dayak di pulau Kalimantan mempunyai adat istiadat dan budaya yang mirip, merujuk kepada sosiologi kemasyarakatannya dan perbedaan adat istiadat, budaya, maupun bahasa yang khas. Masa lalu masyarakat yang kini disebut suku Dayak, mendiami daerah pesisir pantai dan sungai-sungai di tiap-tiap pemukiman mereka.

Etnis Dayak Kalimantan menurut seorang antropologi J.U. Lontaan, 1975 dalam Bukunya Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat, terdiri dari 6 suku besar dan 405 sub suku kecil, yang menyebar di seluruh Kalimantan. Kuatnya arus urbanisasi yang membawa pengaruh dari luar,seperti melayu menyebabkan mereka menyingkir semakin jauh ke pedalaman dan perbukitan di seluruh daerah Kalimantan.

Mereka menyebut dirinya dengan kelompok yang berasal dari suatu daerah berdasarkan nama sungai, nama pahlawan, nama alam dan sebagainya. Misalnya suku Iban asal katanya dari ivan (dalam bahasa kayan, ivan = pengembara) demikian juga menurut sumber yang lainnya bahwa mereka menyebut dirinya dengan nama suku Batang Lupar, karena berasal dari sungai Batang Lupar, daerah perbatasan Kalimantan Barat dengan Serawak, Malaysia. Suku Mualang, diambil dari nama seorang tokoh yang disegani (Manok Sabung/algojo) di Tampun Juah dan nama tersebut diabadikan menjadi sebuah nama anak sungai Ketungau di daerah Kabupaten Sintang (karena suatu peristiwa) dan kemudian dijadikan nama suku Dayak Mualang. Dayak Bukit (Kanayatn/Ahe) berasal dari Bukit/gunung Bawang. Demikian juga asal usul Dayak Kayan, Kantuk, Tamambaloh, Kenyah, Benuag, Ngaju dan lain-lain, yang mempunyai latar belakang sejarah sendiri-sendiri.

Namun ada juga suku Dayak yang tidak mengetahui lagi asal usul nama sukunya. Nama "Dayak" atau "Daya" adalah nama eksonim (nama yang bukan diberikan oleh mayarakat itu sendiri) dan bukan nama endonim (nama yang diberikan oleh masyarakat itu sendiri). Kata Dayak berasal dari kata Daya” yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat khususnya, (walaupun kini banyak masyarakat Dayak yang telah bermukim di kota kabupaten dan propinsi) yang mempunyai kemiripan adat istiadat dan budaya dan masih memegang teguh tradisinya.

Kalimantan Tengah mempunyai problem etnisitas yang sangat berbeda di banding Kalimantan Barat. Mayoritas ethnis yang mendiami Kalimantan Tengah adalah ethnis Dayak, yang terbesar suku Dayak Ngaju, Ot Danum, Maanyan, Dusun, dsb. Sedangkan agama yang mereka anut sangat variatif. Dayak yang beragama Islam di Kalimantan Tengah, tetap mempertahankan ethnisnya Dayak, demikian juga bagi Dayak yang masuk agama Kristen. Agama asli suku Dayak di Kalimantan Tengah adalah Kaharingan, yang merupakan agama asli yang lahir dari budaya setempat sebelum bangsa Indonesia mengenal agama pertama yakni Hindu. Karena Hindu telah meyebar luas di dunia terutama Indonesia dan lebih dikenal luas, jika dibandingkan dengan agama suku Dayak, maka Agama Kaharingan dikategorikan ke cabang agama Hindu.

Propinsi Kalimantan Barat mempunyai keunikan tersendiri terhadap proses alkurturasi cultural atau perpindahan suatu culture religius bagi masyarakat setempat. Dalam hal ini proses tersebut sangat berkaitan erat dengan dua suku terbesar di Kalimantan Barat yaitu Dayak,Melayu dan Tiongkok. Pada mulanya Bangsa Dayak mendiami pesisir Kalimantan Barat, hidup dengan tradisi dan budayanya masing-masing, kemudian datanglah pedagang dari gujarab beragama Islam (Arab Melayu) dengan tujuan jual-beli barang-barang dari dan kepada masyarakat Dayak, kemudian karena seringnya mereka berinteraksi, bolak-balik mengambil dan mengantar barang-barang dagangan dari dan ke Selat Malaka (merupakan sentral dagang di masa lalu), menyebabkan mereka berkeinginan menetap di daerah baru yang mempunyai potensi dagang yang besar bagi keuntungan mereka.

Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Dayak ketika bersentuhan dengan pendatang yang membawa pengetahuan baru yang asing ke daerahnya. Karena sering terjadinya proses transaksi jual beli barang kebutuhan, dan interaksi cultural, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi ramai, di kunjungi masyarakat lokal (Dayak) dan pedagang Arab Melayu dari Selat Malaka. Di masa itu system religi masyarakat Dayak mulai terpengaruh dan dipengaruhi oleh para pedagang Melayu yang telah mengenal pengetahuan, pendidikan dan agama Islam dari luar Kalimantan. Karena hubungan yang harmonis terjalin baik, maka masyarakat lokal atau Dayak, ada yang menaruh simpati kepada pedagang Gujarat tersebut yang lambat laun terpengaruh, maka agama Islam diterima dan dikenal pada tahun 1550 M di Kerajaan Tanjung Pura pada penerintahan Giri Kusuma yang merupakan kerajan melayu dan lambat laun mulai menyebar di Kalimantan Barat.

masyarakat Dayak masih memegang teguh kepercayaan dinamismenya, mereka percaya setiap tempat-tempat tertentu ada penguasanya, yang mereka sebut: Jubata, Petara, Ala Taala, Penompa dan lain-lain, untuk sebutan Tuhan yang tertinggi, kemudian mereka masih mempunyai penguasa lain dibawah kekuasaan Tuhan tertingginya: misalnya: Puyang Gana ( Dayak mualang) adalah penguasa tanah , Raja Juata (penguasa Air), Kama”Baba (penguasa Darat),Jobata,Apet Kuyan'gh(Dayak Mali) dan lain-lain. Bagi mereka yang masih memegang teguh kepercayaan dinamisme nya dan budaya aslinya nya, mereka memisahkan diri masuk semakin jauh kepedalaman.

adapun segelintir masyarakat Dayak yang telah masuk agama Islam oleh karena perkawinan lebih banyak meniru gaya hidup pendatang yang dianggap telah mempunyai peradaban maju karena banyak berhubungan dengan dunia luar. (Dan sesuai perkembangannya maka masuklah para misionaris dan misi kristiani/nasrani ke pedalaman). Pada umumnya masyarakat Dayak yang pindah agama Islam di Kalimantan Barat dianggap oleh suku dayak sama dengan suku melayu. Suku Dayak yang masih asli (memegang teguh kepercayaan nenek moyang) di masa lalu, hingga mereka berusaha menguatkan perbedaan, suku dayak yang masuk Islam(karena Perkawinan dengan suku Melayu) memperlihatkan diri sebagai suku melayu.banyak yang lupa akan identitas sebagai suku dayak mulai dari agama barunya dan aturan keterikatan dengan adat istiadatnya. Setelah penduduk pendatang di pesisir berasimilasi dengan suku Dayak yang pindah(lewat perkawinan dengan suku melayu) ke Agama Islam,agama islam lebih identik dengan suku melayu dan agama kristiani atau kepercayaan dinamisme lebih identik dengan suku Dayak.sejalan terjadinya urbanisasi ke kalimantan, menyebabkan pesisir Kalimantan Barat menjadi ramai, karena semakin banyak di kunjungi pendatang baik local maupun nusantara lainnya.

Untuk mengatur daerah tersebut maka tokoh orang melayu yang di percayakan masyarakat setempat diangkat menjadi pemimpin atau diberi gelar Penembahan (istilah yang dibawa pendatang untuk menyebut raja kecil ) penembahan ini hidup mandiri dalam suatu wilayah kekuasaannya berdasarkan komposisi agama yang dianut sekitar pusat pemerintahannya, dan cenderung mempertahankan wilayah tersebut. Namun ada kalanya penembahan tersebut menyatakan tunduk terhadap kerajaan dari daerah asalnya, demi keamanan ataupun perluasan kekuasaan.

Masyarakat Dayak yang pindah ke agama Islam ataupun yang telah menikah dengan pendatang Melayu disebut dengan Senganan, atau masuk senganan/masuk Laut, dan kini mereka mengklaim dirinya dengan sebutan Melayu. Mereka mengangkat salah satu tokoh yang mereka segani baik dari ethnisnya maupun pendatang yang seagama dan mempunyai karismatik di kalangannya, sebagai pemimpin kampungnya atau pemimpin wilayah yang mereka segani.

Tato Pada Tubuh..

Merajah tato bukan sekadar seni bagi suku Dayak. Ada nilai filosofis di setiap motif tato yang tergurat di badan. Motif burung enggang ataupun naga untuk kalangan bangsawan. Bunga terung untuk ksatria. Sementara tato dengan motif manusia, akar-akaran, dan anjing diperuntukkan bagi masyarakat kebanyakan. Bagi suku Dayak, tato dipercaya akan bercahaya setelah si empunya meninggal. Ini akan membuat para leluhur mengenali arwah dan membawanya ke surga

...

Telinga Panjang..

..

..

Motif-motif Unik..

..

..




Kisah di Balik Tarian "AJAT TEMUAI DATAI"

“Ajat Temuai Datai” diangkat dari bahasa Dayak Mualang (Ibanic Group), yang tidak dapat diartikan secara lansung, karna terdapat kejanggalan jika di diartikan kata per kata. Tetapi maksudnya adalah Tari menyambut tamu, bertujuan untuk penyambutan tamu yang datang atau tamu agung (diagungkan). Awal lahirnya kesenian ini yakni dari masa pengayauan / masa lampau, diantara kelompok-kelompok suku Dayak. Mengayau, berasal dari kata me – ngayau, yang berarti musuh (bahasa Dayak Iban). Tetapi jika mengayau mengandung pengertian khusus yakni suatu tindakan yang mencari kelompok lainnya (musuh) dengan cara menyerang dan memenggal kepala lawannya. Pada masyarakat Dayak Mualang dimasa lampau para pahlawan yang pulang dari pengayauan dan menang dan membawa bukti perang berupa kepala manusia, merupakan tamu yang agung serta dianggap sebagai seorang yang mampu menjadi pahlawan bagi kelompoknya. Oleh sebab itu diadakanlah upacara “Ajat Temuai Datai”. Masyarakat Dayak percaya bahwa pada kepala seseorang menyimpan suatu semangat ataupun kekuatan jiwa yang dapat melindungi si empunya dan sukunya. Menurut J, U. Lontaan (Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat 1974), ada empat tujuan dalam mengayau yakni: untuk melindungi pertanian, untuk mendapatkan tambahan daya jiwa, untuk balas dendam, dan sebagai daya tahan berdirinya suatu bangunan. Setelah mendapatkan hasil dari mengayau, para pahlawan tidak boleh memasuki wilayah kampungnya, tetapi dengan cara memberikan tanda dalam bahasa Dayak Mualang disebut Nyelaing (teriakan khas Dayak) yang berbunyi Heeih !, sebanyak tujuh kali yang berarti pahlawan pulang dan menang dalam pengayauan dan memperoleh kepala lawan yang masih segar. Jika teriakan tersebut hanya tiga kali berarti para pahlawan menang dalam berperang atau mengayau tetapi jatuh korban dipihaknya. Jika hanya sekali berarti para pahlawan tidak mendapatkan apa-apa dan tidak diadakan penyambutan khusus. Setelah memberikan tanda nyelaing, para pengayau mengirimkan utusan untuk menemui pimpinan ataupun kepala sukunya agar mempersiapkan acara penyambutan. Proses penyambutan ini, melalui tiga babak yakni: Ngiring Temuai (mengiringi tamu ataupun memandu tamu) sampai kedepan Rumah Panjai (rumah panggung yang panjang) proses ngiring temuai ini dilakukan dengan cara menari dan tarian ini dinamakan tari Ajat (penyambutan). Kemudian kepala suku mengunsai beras kuning (menghamburkan beras yang dicampur kunir / beras kuning) dan membacakan pesan atau mantera sebagai syarat mengundang Senggalang burong (burung keramat / burung petuah penyampai pesan kepada Petara atau Tuhannya). Babak yang kedua yakni mancung buloh (menebaskan mandau atau parang guna memutuskan bambu), berarti bambu sengaja dibentangkan menutupi jalan masuk ke rumah panjai dan para tamu harus menebaskan mandaunya untuk memutuskan bambu tersebut sebagai simbol bebas dari rintangan yang menghalangi perjalanan tamu itu. Babak yang ketiga adalah Nijak batu (menginjakkan tumitnya menyentuh sebuah batu yang direndam didalam air yang telah dipersiapkan), sebagai simbol kuatnya tekad dan tinginya martabat tamu itu sebagai seorang pahlawan yang disegani. Air pada rendaman batu tersebut diteteskan pada kepala tamu itu sebagai simbol keras dan kuatnya semangat dari batu itu diteladani oleh pahlawan atau tamu yang disambut. Babak keempat yakni Tama’ Bilik (memasuki rumah panjai), setelah melalui prosesi babak diatas, maka tamu diijinkan naik ke rumah panjang dengan maksud menyucikan diri dalam upacara yang disebut Mulai Burung (mengembalikan semangat perang / mengusir roh jahat). by. John Roberto P, S.Sn Dokumen


Sumber : dari berbagai sumber di Internet dan buku..

Jumat, 27 November 2009

Tarian adat Indonesia


Berbicara mengenai tarian adat masyarakat Indonesia sangalah menarik..
Karena sangat beraneka ragam dan unik di setiap daerah..
Kita ambil contoh salah satu daerah, sebutlah Bali..

Jika kita mengunjungi Pulau Dewata ini, kita tidak hanya akan melihat turis-turis.. :P
Tapi biasanya kita akan disuguhkan berbagai macam pertunjukkan seni tradisional khas Bali,
seperti Tari Kecak yang sangat terkenal..

gambar dikutip dari :
http://balisenang.com/tours_gallery.php?id=12

Dalam Tari Kecak mengandung suatu cerita yang sangat popular yaitu cerita Ramayana pada bagian dimana Raja Rama dan istrinya Dewi Shita serta adiknya Laksamana tengah berada di dalam hutan karena diasingkan dari kerajaan mereka.
Dan pada setiap akhir pementasan seluruh penari pendukung ini akan berkumpul di atas panggung dan mengundang para pengunjung untuk membuat kenangan dengan berfoto bersama... Asyik kann..?!^^

yukk.. ayukk.. ke Bali..^^

Selasa, 20 Oktober 2009

Unique Indonesia

Hey semuanya..
hmm.. saya mau bercuap-cuap sedikit neh yahh.. ^^
tentang negara tercinta kita yang tidak lain tidak bukan, yaitu.. INDONESIA.. ^^

Okay,,.. Kita semua tahu dengan jelas yah bahwa Indonesia kita ini adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas wilayah darat dan lautannya. Pulau- pulau tersebut dihubungkan atau dipisahkan (yah sama aja lah.. he..) dengan selat dan lautan. Alam Indonesia begitu kaya dan beragam. Dari pegunungan yang tinggi, hutan hingga pantai-pantai nan indah yang mengitari sepanjang tepian pulau-pulau nusantara.

Dengan kondisi daratan yang berbeda-beda di setiap dataran dan pulau, maka kondisi ataupun kehidupan masyarakat yang ada di masing-masing daerah juga pasti akan berbeda.
Dari kondisi masyarakat yang berbeda itu maka kebudayaan yang berkembang di setiap daerah juga akan sangat berbeda.

Melihat faktor-faktor di atas, sangat masuk akal kalau negara Indonesia kita ini, memiliki banyaaak sekali keanekaragaman. Baik dari segi alamnya, flora dan faunanya, dan juga keanekaragaman penduduknya. Tapi walaupun berbeda-beda kita tetap satu.. Ingat kan dengan semboyan bangsa kita,, "Bhineka Tunggal Ika".. :)

Nah, di sini saya ingin membahas lebih dalam tentang keanekaragaman penduduk Indonesia khususnya tentang budaya Indonesia dan kehidupan Sosial / Adat-Istiadat yang ada di Indonesia..^^

Kebudayaan Indonesia

Suku-suku Bangsa (Etnis) Indonesia :

No Suku Propinsi
1 Abai Kalimantan Timur
2 Abung Sumatra
3 Aceh DI Aceh
4 Adang Kalimantan
5 Adonara NTB/NTT
6 Akit Sumatra
7 Alas DI Aceh
8 Alifuru Maluku
9 Alor Solor NTB/NTT
10 Ambon Maluku
11 Ampana Sulawesi
12 Anak Dalam Riau
13 Anambas Sumatra
14 Aneuk Jame Sumatra
15 Anggi Papua
16 Angkola Sumatra
17 Aput Kalimantan
18 Arab DKI Jakarta
19 Arguni Papua
20 Aru Maluku
21 Asmat Papua
22 Atoni NTB/NTT
23 Awiu Papua
24 Ayou Kalimantan
25 Bacan Maluku
26 Bada Sulawesi
27 Badar Maluku
28 Bahau Kalimantan
29 Bajau Jambi
30 Bajo Sulawesi
31 Baku Sulawesi
32 Balantak Sulawesi
33 Balatan Sulawesi Tengah
34 Bali Bali
35 Bali Aga NTB/NTT
36 Banda Maluku
37 Banggai Sulawesi Tengah
38 Bangka Sumatra
39 Banjar Kalimantan Selatan
40 Banjar Hulu Kalimantan Selatan
41 Banjar Kuala Kalimantan Selatan
42 Banten Jawa Barat
43 Bantenan Sulawesi
44 Bantik Sulawesi Utara
45 Banyak Sumatra
46 Basap Kalimantan
47 Batak Sumatra
48 Batang Lupar Kalimantan
49 Batanta Papua
50 Batin Jambi
51 Batu Sumatra
52 Batu Blah Kalimantan
53 Bawean Jawa
54 Bela Sumatra
55 Belang Sulawesi
56 Belu NTB/NTT
57 Bengkulu Bengkulu
58 Benua Sumatra
59 Berusu Kalimantan Timur
60 Besoa Sulawesi
61 Betawi DKI Jakarta

Betawi Jawa Barat
62 Biaju Kalimantan
63 Biak Papua
64 Biasaya Kalimantan
65 Biliton Sumatra
66 Bima NTB
67 Bintuni Papua
68 Bobongko Sulawesi
69 Bodha NTB/NTT
70 Boh Kalimantan
71 Bolaang Mongondow Sulawesi Utara
72 Bonai Riau
73 Bonfia Maluku
74 Bugis Sulawesi Selatan
75 Bukar,Dayak Kalimantan
76 Bukar,Punan Kalimantan
77 Bukit Kalimantan
78 Bukitan Kalimantan
79 Bukupai Kalimantan Barat
80 Buli Maluku
81 Bulungan Kalimantan Timur
82 Bungku Sulawesi
83 Buol Sulawesi
84 Buru Maluku
85 Busang Kalimantan
86 Buton Sulawesi Tenggara
87 Buyu Sulawesi
88 Caniago Sumatra Barat
89 Cina DKI Jakarta

Cina Jawa

Cina Kalimantan

Cina Sumatra
90 Damar Maluku

Damar NTB/NTT
91 Dani Papua
92 Darat Sumatra
93 Dawan NTT
94 Dayak Kalimantan Barat

Dayak Kalimantan Tengah
95 Demta Papua
96 Desa Kalimantan
97 Dodongko NTB/NTT
98 Dompo NTB/NTT
99 Dusun Kalimantan Barat
100 Ende NTB/NTT
101 Enggano Bengkulu
102 Flores NTT
103 Furuaru Maluku
104 Galela Maluku
105 Gane Maluku
106 Gayo DI Aceh
107 Genyem Papua
108 Gimpu Sulawesi
109 Goram Maluku
110 Gorontalo Sulawesi Utara
111 Guai Papua
112 Guci Sumatra Barat
113 Halmahera Maluku
114 Hattam Papua
115 Helong NTT
116 Hutan Riau
117 Iban Kalimantan
118 Iha Papua
119 Jakui Papua
120 Jambak Sumatra Barat
121 Jambi Jambi
122 Jawa Bali

Jawa DI Yogyakarta

Jawa Jawa Tengah

Jawa Jawa Timur

Jawa Sumatra
123 Juru Sumatra
124 Kabaena Sulawesi
125 Kadayan Kalimantan
126 Kahayan Kalimantan
127 Kaidipan Sulawesi
128 Kaili Sulawesi Tengah
129 Kalabit Kalimantan
130 Kangean Jawa Tengah
131 Kanowit Kalimantan
132 Kapauku Papua
133 Karimun Jawa Tengah
134 Karo Sumatra Utara
135 Katingan Kalimantan
136 Kayan Kalimantan Timur
137 Kayoa Maluku
138 Kei Maluku
139 Kelai Kalimantan
140 Kenya Kalimantan Timur
...

Bahasa-bahasa Daerah :
a. Sumatera
  1. Aceh
  2. Alas
  3. Angkola
  4. Batak
  5. Enggano
  6. Gayo
  7. Karo
  8. Kubu
  9. Lampung
  10. Lom
  11. Mandailing
  12. Mentawai
  13. Melayu
  14. Minangkabau
  15. Nias
  16. Orang Laut
  17. Pak-Pak
  18. Rejang Lebong
  19. Riau
  20. Sikule
  21. Simulur
b. Jawa
  1. Jawa
  2. Madura
  3. Sunda
c. Bali
  1. Bali
  2. Sasak
d. NTB
  1. Sasak
  2. Sumba
e. NTT
  1. Sasak
  2. Sumbawa
  3. Timor
  4. Tetun
f. Kalimantan
  1. Bajau
  2. Banjar
  3. Bahau
  4. Iban
  5. KAyan
  6. Kenya
  7. Klemautan
  8. Milano
  9. Melayu
  10. Ot-danum
g.Sulawesi
  1. Bada' Besona - Toraja
  2. Balantak - Loinan
  3. Banggai - Loinan
  4. Bantik - Sulut
  5. Bobongko - Loinan
  6. Bonerate - Muna Butung
  7. Bugis - Sulsel
  8. Bulanga - Gorontalo
  9. Buol - Gate
  10. Butung - Muna Butung
  11. ...
h. Maluku
  1. Alor
  2. Ambelan
  3. Aru
  4. Bacan
  5. Banda
  6. Belu
  7. Buru
  8. Geloli
  9. Goram
  10. Helo
  11. ...
Alat-alat Musik Daerah :
No. Nama Alat Musik Keterangan Asal Daerah
1 Angklung Terbuat dari bambu Jawa Barat
2 Kecapi Gitar kecil dua dawai seluruh Nusantara
3 Kledi Alat musik tiup Kalimantan
4 Marwas Alat musik pikul Sumatra
5 Popondi Alat musik petik Toraja
6 Rebab Alat musik gesek Jawa Barat
7 Saluang Seruling bambu Minangkabau
8 Sasando Alat musik petik NTT
9 Serunai Alat musik tiup Sumatra
10 Siter/Celempung Alat musik petik Jateng; Jabar
11 Talempong/Pacik Alat musik pukul Sumatra Barat
12 Tifa Genderang kecil Maluku/Papua

Seni Pertunjukkan / Teater Rakyat :